Revitalisasi Peran Filsafat sebagai Proses Transformasi Masyarakat Multikultural: Revitalizing the Role of Philosophy as a Process of Transformation in Multicultural Society

Juwaini Juwaini

doi:10.22373/jsai.v4i1.2690

Authors

Juwaini Juwaini a:1:{s:5:"en_US";s:46:"Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh";}

DOI:

https://doi.org/10.22373/jsai.v4i1.2690

Keywords:

Filsafat, Masyarakat Multikultural, Revitalisasi

Abstract

Philosophical thought has implications for the process of societal transformation, encompassing both the development of science and technology and the development of multicultural societies themselves. This study aims to examine how philosophy plays a role in the transformation of multicultural societies and the position of philosophy within the social framework of a multicultural society. A qualitative approach with a literature review model is employed in this study. The findings of this study demonstrate that multicultural societies in Indonesia have undergone transformation parallel to global advancements in science, technology, and societal progress. Consequently, the study of philosophy needs to be revitalized both academically and sociologically. There are three crucial points that require revitalization, namely through the three pillars of El: social philosophy's eligibility, the elimination of perennialistic thinking, and the elaboration of progressive multicultural philosophy.

Abstrak

Pemikiran filsafat memiliki implikasi terhadap proses transformasi masyarakat, baik itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun perkembangan masyarakat multikultural itu sendiri. Kajian ini bertujuan untuk mengkaji tentang bagaimana filsafat berperan dalam transformasi masyarakat multikultural dan bagaimana kedudukan filsafat dan tatanan sosial masyarakat yang multikulturalistik. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model studi kepustakaan. Kajian ini menunjukkan bahwa masyarakat multikultural di Indonesia telah bertransformasi seiring dengan perkembangan dunia, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, studi filsafat perlu direvitalisasi, baik secara akademis ataupun sosiologis. Ada tiga poin penting yang perlu direvitalisasi, yaitu melalui tiga pilar El; eligibilitas filsafat sosial, eliminasi berpikir perenialistik, dan elaborasi filsafat multikulturalisme progresif.

References

Alim, Alimatus sa’diyah. 2020. “Hakikat Manusia, Alam Semesta, Dan Masyarakat Dalam Konteks Pendidikan Islam.” JURNAL PENELITIAN KEISLAMAN 15(2):144–60. doi: 10.20414/jpk.v15i2.1760.

Atabik, Ahmad. 2014. “TEORI KEBENARAN PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU: Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi Pengetahuan Agama.” Fikrah: Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi Keagamaan 2(2). doi: 10.21043/FIKRAH.V2I2.565.

Bahri, Syamsul. 2018. “Pengembangan Kurikulum Berbasis Multikulturalisme Di Indonesia (Landasan Filosofis Dan Psikologis Pengembangan Kurikulum Berbasis Multikulturalisme).” JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media Ilmiah Pendidikan Dan Pengajaran 19(1):69–88.

Dewey, John. 1984. Democray and Education. New York: Mcmillan Co.

Freire, Paulo. 1984. Cultural Freedom for Action. Harmonsworth: Pinguin Books.

Geertz, Clifford. 1992. The Interpretation of Culture. Yogyakarta: Kanisius.

Kistanto, Nurdien Harry. 2018. “TRANSFORMASI SOSIAL-BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA.” Sabda : Jurnal Kajian Kebudayaan 13(2):169. doi: 10.14710/sabda.13.2.169-178.

Liata, Nofal, and Khairil Fazal. 2021. “MULTIKULTURAL PERSPEKTIF SOSIOLOGIS.” Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama 1(2):188. doi: 10.22373/arj.v1i2.11213.

M Yunus, Firdaus. 2010. “Filsafat Sosial; Pribumisasi Ilmu-Ilmu Sosial.” Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 12(1):149–66. doi: 10.22373/SUBSTANTIA.V12I1.3784.

Molan, Benyamin. 2015. Multikulturalisme: Cerdas Membangun Hidup Bersama Yang Stabil Dan Dinamis. Jakarta: Indeks.

Morris, Debra, and Ian Shapiro. 1993. John Dewey Responds: The Political Writings. indianapolis: Hackett Publishing Company.

Nasikun. 1993. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Parekh, B. 2001. “Rethinking Multiculturalism: Cultural Diversity and Political Theory.” Ethnicities 1(1):109–15. doi: 10.1177/146879680100100112.

Pradana, Shandy. 2020. “7 Filsafat Yang Berikan Perspektif Berbeda Tentang Makna Kehidupan.” IDN TIMES. Retrieved May 21, 2022 (https://www.idntimes.com/life/inspiration/shandy-pradana/7-filsafat-yang-berikan-perspektif-berbeda-tentang-makna-kehidupan-c1c2-1/7).

Prasetyo. Yohanes Wahyu. 2020. “Peran Filsafat Dalam Membangun Perdamaian, Kemanusiaan Universal, Dan Nalar Masyarakat Indonesia.” JPIC-OFM Indonesia. Retrieved January 21, 2023 (https://jpicofmindonesia.org/2020/07/peran-filsafat-dalam-membangun-perdamaian-kemanusiaan-universal-dan-nalar-masyarakat-indonesia/).

Rahman, Taufiq. 2018. Pengantar Filsafat Sosial. Bandung: LEKKAS.

Rawls, John. 2001. A Theory of Justice. Cambridge: The Belknap Press.

Rehayati, Rina. 2012. “Filsafat Multikulturalisme John Rawls.” Jurnal Ushuluddin 18(2):208–22. doi: 10.24014/JUSH.V18I2.710.

Rockefeller, Steven C. 1991. John Dewey: Religious Faith and Democratic Humanism,. New York: Columbia University Press.

Saidurrahman, and Arifinsyah. 2018. Nalar Kerukunan; Merawat Keragaman Bangsa Mengawal NKRI. Jakarta: PRENAMEDIA GROUP.

Wattimena, Reza A. .. 2020. “Makna Kehidupan.” Rumah Filsafat. Retrieved January 21, 2023 (https://rumahfilsafat.com/2020/05/11/makna-kehidupan/).

Webster, R. Scott. 2017. “Education or Quality of Teaching? Implications for Australian Democracy.” Australian Journal of Teacher Education 42(9):59–73. doi: 10.14221/ajte.2017v42n9.4.

Widyastini. 2007. “Nilai-Nilai Moral Yang Terkandung Dalam Tasawuf Al-Ghazali Dan Pengaruhnya Terhadap Etika Islam.” Jurnal Filsafat 10(2):208–17. doi: 10.22146/JF.31346.